Jenis-jenis Limbah Padat dan Contohnya
Sesuai namanya, limbah padat merupakan produk buangan atau sisa kegiatan yang berwujud padat (solid). Berdasarkan karakteristiknya, limbah padat atau sampah dibedakan lagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
Jenis-jenis Limbah Gas dan Contohnya
Terakhir adalah limbah gas, yaitu jenis zat buangan berwujud gas yang memanfaatkan udara sebagai medianya. Jenisnya bisa berada dalam bentuk gas yang tidak bisa dilihat, atau partikel seperti kabut, debu, asap, atau uap air yang masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Berikut contoh limbah gas yang paling banyak mencemari lingkungan:
Limbah Padat Organik
Limbah padat organik adalah jenis limbah yang berasal dari bahan-bahan hayati seperti sisa-sisa makanan, tumbuhan, atau hewan. Sederhananya, limbah padat organik adalah sampah yang berasal dari sisa organisme (makhluk hidup) yang mudah terurai dengan sendirinya secara alami.
Contoh jenis-jenis limbah padat organik yaitu sisa makanan, kulit telur, dedaunan, kotoran hewan, kotoran manusia, tulang hewan, dan lain sebagainya. Karena memiliki memiliki sifat yang mudah terurai, sampah organik bisa diolah menjadi kompos.
Namun jika tidak dikelola dikelola dengan baik, limbah padat organik dapat menghasilkan gas metana yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Zat-zat yang bersifat organik juga bisa menjadi media berkembang virus dan bakteri.
Limbah Cair Pertanian
Limbah cair pertanian adalah jenis limbah yang dihasilkan dari aktivitas pertanian, misalnya dari penggunaan pupuk dan pestisida. Jika tidak dikelola dengan baik, jenis limbah ini dapat mencemari sumber air dan tanah di sekitarnya.
Meskipun beberapa jenis limbah cair pertanian ada yang bersifat organik, tetapi tetap dapat memberi dampak buruk bagi lingkungan. Contohnya, penggunaan pupuk secara berlebihan bisa menimbulkan eutrofikasi di lingkungan perairan.
Sistem Pengelolaan Limbah B3
Jenis-jenis limbah B3 membutuhkan sistem pengelolaan khusus yang lebih rumit dibandingkan jenis limbah lain. Pasalnya, limbah B3 adalah jenis bahan berbahaya dan beracun yang bisa berdampak bagi makhluk hidup maupun lingkungan sekitar.
Limbah B3 biasanya dihasilkan dari industri besar seperti kimia, farmasi, elektronik, dan rumah sakit. Di Indonesia, regulasi terkait pengelolaan limbah B3 diatur dalam PP Nomor 101 Tahun 2014 dan Permen LHK Nomor 6 Tahun 2021.
Berdasarkan regulasi tersebut, setiap penghasil limbah kategori B3 wajib melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap jenis-jenis limbah membutuhkan pengelolaan khusus sesuai karakteristiknya. Sebab tindak pengelolaan limbah merupakan aspek penting dalam menjamin keberlanjutan lingkungan (sustainability).
Mutu International berkomitmen untuk ikut berkontribusi mengelola keberlanjutan lingkungan di industri dan unit usaha lainnya melalui sertifikasi, inspeksi, dan pengujian terkait lingkungan. Salah satunya dengan ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan (SML).
Dilengkapi laboratorium yang lengkap, kami siap melayani audit dan verifikasi terkait pengelolaan jenis-jenis limbah di unit usaha Anda sesuai standar dan regulasi yang berlaku.
Silahkan hubungi MUTU International melalui E-Mail: [email protected], Telepon: (62-21) 8740202 atau kolom Chat box yang tersedia. Hubungi MUTU International sekarang juga. Follow juga seluruh akun sosial media MUTU International di Instagram, Facebook, Linkedin, Tiktok, Twitter , Youtube dan Podcast #AyoMelekMUTU untuk update informasi menarik lainnya.
Pada artikel kali ini akan dipaparkan tentang sebuah media alternatif “rekam” budaya popular.
T-shirt/Tees adalah sebuah produk pakaian yang sangat akrab dengan keseharian kita. Bentuk polanya sangat sederhana, pada umumnya memang menyerupai bentuk huruf “T”, oleh karenanya dikenal juga dengan sebutan T- Shirt. Jenis pakaian ini masuk dalam kategori pakaian santai/non formal.
Apabila kita tarik jauh ke belakang terkait sejarah t-shirt ini, bahwa pakaian ini tidak lebih hanya sebagai produk fungsional yang mulai digunakan pada abad ke 19. Pada masa itu t-shirt justru dirancang untuk tidak terlihat (layaknya sebuah pakaian dalam).
Awal mula T-shirt berasal dari Eropa di mana tentara AS pada saat itu cukup terganggu dengan seragam mereka karena seragam wolnya menyebabkan mereka berkeringat. Namun sementara rekan-rekan Eropa mereka tidak terlalu dibatasi dalam kaus katun ringan mereka selama Perang Dunia Pertama. Angkatan Laut A.S. kemudian mengeluarkan kaus dalam katun putih berleher kru, lengan pendek, dan berwarna putih. Menjadi sangat umum bagi para pelaut dan marinir untuk mengenakan kaus dalam katun ringan yang nyaman ini di bawah seragam mereka. Pada 1920-an T-shirt telah menjadi istilah resmi dalam kamus Amerika-Inggris. Dan pada akhir tahun 1930-an beberapa pengecer A.S. memasarkannya, yaitu Fruit of the Loom, Hanes dan Sears, dan Roebuck & Co.
Pelaut AS memakai t-shirt sebagai bagian dari seragam mereka.
Kaos katun kemudian menjadi pakaian dalam standar di angkatan bersenjata AS selama Perang Dunia Kedua. Belakangan menjadi sangat umum melihat tentara AS yang mengenakan celana seragam mereka dengan T-shirt mereka sebagai pakaian kasual.
Kemudian pada 1940-an dan 1950-an, perguruan tinggi di A.S. mulai mencetak nama dan logo mereka di t-shirt, biasanya menggunakan font iron-on flock di masa-masa awal. Ini menjadi merchandise dan dijual di toko merchandise dan souveneer kampus. T-shirt mulai menjadi sebuah media untuk menyampaikan kebanggan terhadap alma mater . Bahkan hampir semua kampus di seluruh dunia memiliki t-shirt khas yang merepresentasikan identitas dan kebanggaan mereka tersebut. Tidak terkecuali di Indonesia.
Namun pada perkembangan selanjutnya produk ini menjadi sebuah produk yang dapat dibilang telah mewakili icon sebuah budaya tertentu, budaya popular. Hollywood turut andil memberikan besar pada T-shirt. Diawali oleh seorang actor muda pada saat itu, Marlon Brando dalam filmnya yang berjudul “A Street Car Named Desire”, dirilis pada tahun 1951. Dalam Film itu, hampir di sebagian besar adegannya sang aktor selalu mengenakan t-shirt polos berwarna putih dipadu dengan celana jeans (denim) classic. Remaja di seluruh negeri menjadi “liar” karena penampilannya. Empat tahun kemudian, James Dean melalui filmnya “Rebel Without a Cause” mengejutkan dunia dengan memperlihatkan t-shirt putihnya sebagai pakaian dalam dipadu dengan jaket warna merah dan celana jeans (denim).Hal ini selain menandai perkembangan T-shirt yang telah lama ditunggu-tunggu dari pakaian dalam menjadi pakaian luar, sekaligus menanamkan gaya dengan daya tarik seks yang modis. Melalui para pesohor tersebut t-shirt seakan menjadi agen provocateur sebuah gelombang gaya dalam dunia fashion.
Asosiasi pemberontak adalah katalisator gaya yang diinginkan oleh kaum muda saat itu dan bertepatan dengan kelahiran rock and roll. Popularitas t-shirt dengan gaya band rock and roll meledak pada tahun 1970-an, tetapi akarnya tetap kuat di tahun 1960-an. Grateful Dead – yang pertama kali menyadari potensi yang muncul ini untuk menjual T-shirt serta tiket pertunjukan di berbagai tempat. Industri musik memanfaatkan T-shirt ketika band rock mulai menjual T-shirt dengan slogan dan gambar mereka di konser. Belakangan, t-shirt bergaya tie-dye menjadi kegemaran secara keseluruhan terutama pada tahun 1969 ketika pengiklan Don Price memproduksi ratusan t- shirt dan memberikannya di Woodstock.
Para pesohor baik actor, model maupun para musisi dengan bandnya selain menjadi duta budaya popular pada saat itu juga menjadi corong yang turut “mengkampanyekan” penggunaan kaos sebagai pakaian keseharian bahkan kaos tidak hanya sekedar menjadi pakaian pelengkap (pakaian dalam) saja,namun juga memposisikan produk ini sebagai bagian dari produk fashion.
Hal ini menjadi pengikat produk dilekatkan pada sosok/figure atau peristiwa penting dan fenomena budaya popular pada masanya. Sehingga pada ahirnya produk kaos dapat disebut sebagai artefak sebuah budaya popular. Bahkan melalui desainnya, T-shirt dapat dikategorikan sebagai media “alternatif” perekam budaya popular.
Pada perkembangan selanjutnya, t-shirt tidak hanya tampil dalam bentuknya yang polos dengan desain/pola yang standar menyerupai huruf T saja, Namun sejumlah perancang busana melalui rahim kreatifitanya melahirkan t-shirt dalam wujud dan desain yang semakin kreatif dan atraktif. Bahkan t-shirt telah menjadi bagian dari fashion statement penggunanya.
Sistem Pengelolaan Limbah Padat
Sistem pengelolaan untuk jenis-jenis limbah padat meliputi proses pengumpulan, pengangkutan, hingga pengolahan. Dalam proses pengumpulan, jenis limbah padat harus dipisahkan berdasarkan jenisnya seperti organik dan anorganik yang meliputi kertas, plastik, logam, dan lain-lain.
Limbah padat anorganik yang masih dapat didaur ulang harus dikirim ke tempat pengolahan limbah daur ulang, sedangkan limbah padat yang tidak dapat didaur ulang harus dikirim ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, jenis limbah padat organik juga dapat dimanfaatkan kembali menjadi kompos.
Untuk mengurangi timbulan limbah padat, bisa digunakan mekanisme 5R, yaitu Refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), repurpose (upcycling atau penggunaan kembali dengan tujuan baru), dan recycle (daur ulang).
Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah jenis limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas domestik atau rumah tangga, seperti air kamar mandi, air cucian pakaian, air limbah dapur, dan lain sebagainya.
Di dalamnya, bisa terkandung zat organik maupun anorganik yang dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Karena itu, dibutuhkan sistem pembuangan dan pengolahan yang baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
Jenis-jenis Limbah Cair dan Contohnya
Limbah cair didefinisikan sebagai sisa hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (likuid). Yaitu bisa dalam bentuk air atau disertai kandungan zat buangan lain dalam bentuk larutan atau campuran (suspensi). Berdasarkan sumbernya, limbah cair bisa diklasifikasikan lagi menjadi jenis-jenis sebagai berikut.
Limbah Cair Industri
Sesuai namanya, limbah cair industri adalah produk sisa berwujud cair yang dihasilkan dari berbagai aktivitas industri, seperti pengolahan makanan, kimia, tekstil, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis limbah cair industri dapat mengandung bahan-bahan berbahaya seperti logam berat, bahan kimia, zat pewarna sintetis, atau B3. Karakteristiknya bisa berbeda-beda tergantung tipe industri yang menjadi sumber limbahnya.
Sistem Pengelolaan Limbah Gas
Selanjutnya, ada jenis-jenis limbah gas yang bisa dikelola melalui beberapa mekanisme untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. Di antaranya yaitu melalui sistem kontrol emisi dengan teknologi scrubber, adsorpsi, filter, precipitator elektrostatik, dan lain sebagainya.
Ada pula beberapa jenis industri yang masih bisa memanfaatkan ulang gas buangnya sebagai pemanas atau untuk keperluan energi lainnya. Hal ini dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas buang ke atmosfer.
Untuk mengurangi pencemaran akibat limbah gas, diperlukan juga beberapa upaya lain seperti pengurangan bahan bakar fosil dan penggunaan teknologi ramah lingkungan. Diperlukan juga adanya regulasi yang ketat terkait baku mutu kualitas udara dan batas emisi gas buangan yang diterapkan bagi pelaku industri.